Friday, 21 June 2013

[Karya}: Tiada Sesirna Cinta

Bismillahirrahmanirrahim..Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..


Wahai pemuda,
Daku lihat dikau meliuk-liuk,
Umpama api menanti masa untuk padam

Daku selidik,
Apakah mahasebab yang menjadikanmu rebah,
terkulai dalam keliru dan binasa dalam masygulnya

Ternyata wabak itu cinta.

Wahai pemuda pemudi hingusan,
Mengapakah kau memberatkan hidupmu,
Mengangkat dunia sebelum tiba masanya

Apakah ilmu mu sudah seluas Anbiya'
atau makrifat mu setajam Auliya'
Ataupun, kau sekadar patung yang mencuba

Apakah kegilaan ini?
Maruah dijual untuk sentuhan yang lembut
Yang panasnya tidak sehangat cinta Tuhanmu

Ternyata epidemik itu cinta.

Ya, aku tidak percaya pada cinta,
karna menurut kamusmu, ianya ternyata dusta
definisimu ke ceruk pemikiran sempit manusia.

Dikau mencari tubuh yang perkasa,
Suara yang lunak, dan tubuh yang menggoda,
Apakah itu ada harganya di Mahsyar?

Kau gadaikan permata dan mahkotamu,
untuk diberikan kepada pengemis yang kotor,
di saat Tuhanmu mengetuk di pintumu?

Wahai Tuhan, saksikanlah kesyirikan ini,
mereka menyembah kekasih mereka,
sedangkan perjanjiannya hanya kepadamu.

Ternyata kurap itu cinta.

Mereke merengek karna susahnya hidup ini,
akhirnya diselesaikan dengan torehan dan hirisan,
bukti hidup kehingusan mereka.

Kata mereka gegak bergempita,
ingin harungi lautan api,
Demi Allah, tahukah mereka apa itu api?

Tuhanku, aku tidak mengenal mana pelacur mana perawan,
Aku sudah buta, aku butakan diriku
Karna tidak lagi sanggup meliht kebaculan ini.

Angkatlah daku, ke langit dunia
Bersihkan ku dari kotoran mereka,
karna aku seorang pendosa yang merangkak kembali

Tuhanku, sesungguhnya tiadalah aku berkuasa,
melainkan atas diriku yang papa kedana
Lepaskanlah aku dari ini semua

Tiada lagi bunga yang tidak dicabul,
Tiada permata yang tidak digores,
Tiada perwira yang tidak dikasi

Ternyata kusta itu cinta.

Wahai ahli yang mendengar,
dengarlah bisikan terakhirku,
yang dianyam dalam sepinya malam ini

Jagalah dirimu dari celakanya cinta,
Karna ia mereputkan akal nurani kita,
Melunturkan latifah rabbani kita

Menukar manusia menjadi binatang,
yang lebih teruk dari dubuk padang pasir,
begitulah yang dijanjikan Tuhanmu.

Aku akan pergi,
Dengan tongkat usang dan kitab lamaku,
manusia kini tidak lagi tergamak untuk menerima ku.

Celakalah mereka, kerana telah terpedaya,
aku hanyalah penyampai amaran semata,
kini masanya sudah tiba

Di sepinya sahara, ada deruan namaNya,
Di tingginya gunung, ada pahatan namaNya,
Tempatnya, kini bukan lari di bandar raya

Pulanglah, marilah pulang,
Sahutlah sebelum direnggut,
Patuhlah sebelum diketuk.


No comments:

Post a Comment